Vol 50 (11 Desember 2016) - Hidup
Pemukiman penduduk porak-poranda diterjang air bah dengan kejadian tsunami yang menghantam 12 tahun silam. Ribuan jasad bergelimpangan di atas tanah. Kondisi jenazah-jenazah itu amat mengenaskan. Organ tubuh mereka tak lagi utuh. Bau anyir segera menyeruak, menusuk indera penciuman. Para korban tak selamat itu segera diangkat, dibersihkan, dan dimakamkan oleh para relawan dari seluruh penjuru Nusantara. Satu dari sekian banyak relawan itu adalah Sr Macaria Theresia Laiyan ALMA. Orang takkan mengenali profesi perempuan kelahiran Saumlaki, Maluku, 24 Mei 1974 itu. "Saya berpakaian layaknya wanita Aceh, memakai jilbab," tulis Sr Risye, sapaannya, dalam surat elektronik, Rabu, 30/11. Karya kemanusiaan Sr Risye itu merupakan pengalaman perdana. Dua pekan sebelum bencana alam terjadi, suster yang kini menjadi prokurator Institut Sekulir Asosiasi Lembaga Misionaris Awam (ALMA) dan Sekretaris Yayasan Bhakti Luhur ini mengikrarkan kaul terakhir. "Saya merasa dipakai Tuhan karena mengabdikan diri dalam kondisi itu," imbuhnya.
Download majalahnya di sini Aplikasi MAJALAH INDONESIA tersedia untuk iOS,Android,dan Windows