Bisnis pengembangan aplikasi di perangkat bergerak, seperti ponsel dan tablet di Indonesia semakin menjanjikan. Sedari dini, para pemangku kepentingan mulai memperkenalkan bisnis ini dan segala peluang yang bisa ditempuh oleh generasi muda.
Mengapa menjanjikan? Karena pengembang aplikasi (developer) mobile dapat menghasilkan uang dari aplikasi yang mereka buat, di mana mereka bisa membuat aplikasi berbayar atau aplikasi gratis yang menyediakan ruang untuk iklan.
Manager Value Added Service Indosat Diana M. Sevi, mengatakan, pada September 2012 lalu, setiap pekannya ada 12.000 pelanggan Indosat yang membeli aplikasi berbayar di BlackBerry App World. Data ini terungkap karena sejak 2011 lalu Indosat memberlakukan sistem potong pulsa untuk membeli aplikasi BlackBerry. Aplikasi di iOS dan Android, tentu tak kalah potensial.
Menurut Diana, aplikasi yang paling banyak diunduh adalah game, musik, dan jejaring sosial.
Perusahaan pengembang game Altermyth Studio, sukses menghasilkan uang dari pasar Indonesia. "Populasi warga Indonesia terbesar keempat di dunia, jadi kita targetkan dulu pasar lokalnya, karena banyak segmen pasar yang belum dijamah," ujar Dien Wong, CEO Altermyth Studio dalam acara AppMazinc di Pusat Studi Jepang, Universitas Indonesia, Depok, Sabtu (17/11/2012).
Dari hasil pasar Indonesia, Dien mengaku berhasil meraup Rp 200 juta sampai Rp 300 juta dari aplikasi game bawaan pada ponsel fitur yang dijual sebuah operator seluler CDMA.
Ia coba meyakinkan bahwa orang Indonesia berani membayar konten yang dirasa menarik. Selain itu, operator seluler kini juga makin gencar menjalin kerjasama dengan pengembang aplikasi, sejak bisnis content provider melesu pada akhir 2011 lalu.
Pendiri M-Saku Mobile Payment Izak Jenie, berpendapat, pertumbuhan bisnis pengembang aplikasi semakin didukung oleh penetrasi penggunaan perangkat mobile (smartphone dan tablet) serta semakin cepatnya layanan internet yang ditawarkan operator seluler.
Agar aplikasi disukai oleh pengguna, Izak menyarankan agar developer membuat sesuatu yang sederhana untuk konsumen, dan memberi pengalaman berbeda. "Tapi risikonya si developer harus bersusah payah terlebih dahulu untuk bikin aplikasi yang sederhana dan memberi pengalaman beda untuk penggunanya," ujar Izak di sela konferensi AppMazinc yang digelar di Pusat Studi Jepang, Universitas Indonesia, Depok, Sabtu (17/11/2012).
Salah satu perusahaan yang sedang gencar mendorong ekosistem developer di Indonesia adalah Qualcomm. Perusahaan perancang chipset ini menyediakan software development kit (SDK) bagi para pengembang aplikasi, mulai dari SDK Augmented Reality, Fast CV (Computer Vision), Peer-to-Peer, Contextual Awareness, Gaming & graphics, HTML5, wireless health, hingga Multimedia Optimization.
Ben Siagian selaku Country Director Qualcomm Indonesia berharap, para pemangku kepentingan turut mendorong tumbuhnya ekosistem developer sehingga banyak konten lokal bermunculan dan bisa mempercepat industri.
Sumber
http://tekno.kompas.com