Saat Barack Obama menyebut sate dan nasi goreng sebagai santapan yang dikenangnya dari Indonesia ketika kecil, sontak orang di dunia mengenal kedua makanan itu sebagai makanan khas Indonesia. Keduanya pun menjadi makanan yang mendunia. Dan, entah berhubungan atau tidak, berkat nasi goreng, seorang ibu rumah tangga pun bisa ikut go international.
Kisahnya cukup unik. Seorang ibu rumah tangga biasa yang hobi memasak nasi goreng untuk keluarganya bertemu dengan seseorang bernama Ginting Sadtyono. Singkat cerita, si ibu yang memang memiliki berbagai resep olahan nasi goreng, kemudian diminta Ginting untuk membuat tulisan tentang resep nasi gorengnya, plus lengkap dengan foto hasil karyanya. ?Fotonya sederhana, pakai kamera digital biasa. Lalu, kami yang mengolah dengan desain apik, lantas kami buatkan aplikasinya,? sebut Ginting berkisah.
Aplikasi 50 resep nasi goreng inilah yang kemudian diunggah dan dijual bebas melalui AppStore milik Apple. Dan, setelah dialibahasakan ke Inggris, aplikasi itu kemudian dijual ke pasar internasional. ?Hasilnya, aplikasi itu terus di-download hingga kini. Bahkan, ada yang membeli download-nya dari Argentina. Juga, malahan ada yang dari Belize, itu saya sendiri nggak tahu di mana negaranya...hahaha,? canda Ginting.
Menurut Ginting, kalau dihitung, aplikasi ini sudah di-download lebih dari 100 negara. ?Dengan cara itulah, ibu rumah tangga yang biasa-biasa saja dan sama sekali tidak dikenal namun punya potensi, tiba-tiba kini bisa mendapatkan royalti dari buku yang dibuat aplikasinya itu. Pendapatan ini datang terus tiap bulan sampai sekarang. Ini passive income yang nyata, bukan mimpi, dan jelas alur mendapatkannya, bukan hanya janji-janji,? tambah Ginting. ?Modal yang dikeluarkan oleh ibu untuk membeli bahan masakan dalam waktu satu bulan sejak dijual via aplikasi di AppStore sudah kembali modal !. Jadi, bulan- bulan berikut tinggal menikmati hasilnya. Kami membayangkan, pasti banyak perempuan Indonesia lainnya yang mempunyai potensi seperti ini. Bukan hanya menulis resep, bisa juga mengarang artikel, membuat puisi, cara merawat tanaman, dll. Selama ini potensi- potensi seperti ini belum bisa tersalurkan karena susah dan mahal prosedurnya. Dengan adanya era digital via gadget, kesempatan seperti ini semakin mudah direalisasikan. Mahoni.com akan membantu mewujudkan hal-hal seperti ini.?
Itulah sekelumit kisah yang dituturkan Ginting Sadtyono dan Santoso Suratso, tentang betapa zaman telah berubah berkat teknologi. Jika dulu orang harus repot-repot mengirim draft naskah buku ke penerbit agar bisa dijual ke pasaran, kini hanya mengetikkan naskah di Word pun sudah bisa langsung dijual. Jika dulu untuk memodali terbitnya satu buku harus keluar belasan juta rupiah sebagai ongkos cetak, kini hanya dengan modal pemahaman soal aplikasi online, buku sudah bisa terjual bebas. Bahkan, bukan hanya dijual di dalam negeri, tapi hingga ke mancanegara seperti yang dialami si ibu pembuat nasi goreng. ?Inilah kelebihan teknologi saat ini. Bisa membuat orang menjadi entrepreneur dengan cara yang bisa kita kelola, bukan hanya untuk pasar dalam negeri, tapi hingga go international,? sebut Santoso.
Terbuka Peluang Berkat Mahoni
Sebagai perusahaan pembuat aplikasi?utamanya di AppStore? Mahoni yang berdiri sejak 2009 sendiri telah berkomitmen untuk membantu banyak pihak agar dapat memanfaatkan momen pergeseran teknologi ini. Menurut Ginting, perubahan zaman ini tampak makin nyata sejak era Apple?yang dulu dikomandoi mendiang Steve Jobs? mengeluarkan generasi iPhone, yang lantas dilanjutkan dengan inovasinya saat mengeluarkan tablet bernama iPad. ?Dulu, sebenarnya kan teknologi tulisan di online dengan basis pdf sudah 15 tahunan lamanya. Tapi, orang masih malas menggunakan karena repot. Harus menjungkirkan gadget-nya untuk bisa membaca. Sangat tidak nyaman. Maka, begitu Steve Jobs mengumumkan keluarnya iPad dan menyebut ini adalah generasi yang dipersiapkan untuk memberikan kemudahan saat membaca e-book, dunia otomatis mulai berubah!? puji Ginting tentang inovasi warisan Steve Jobs tersebut. ?Padahal, sebelumnya juga sudah ada produsen yang membuat tablet. Tapi, yang mengungkapkan fungsi secara detail, plus desain yang sangat nyaman baru Steve Jobs. Dan ini yang mulai mengubah peta dunia industri buku.?
Hal itulah yang membuat Ginting dan Santoso, serta dibantu beberapa rekan lainnya sepakat untuk memulai bisnis aplikasi untuk dijual di AppStore. Dibantu oleh para pengembang aplikasi yang berpengalaman, pelan tapi pasti, bisnis Mahoni berkembang. Uniknya, mereka berkembang berkat ?ujian? dari Apple. Sebab, untuk membuat aplikasi yang bisa di-launch di AppStore harus melalui standar seleksi yang sangat ketat. ?Apple itu berani mengatakan, kalau aplikasinya hanya biasa-biasa saja, jangan taruh di AppStore,? aku Ginting.
Karena itu, adalah hal yang sangat wajar ketika sebuah aplikasi gagal lolos ?tim uji? Apple. ?Kami ditolak Apple berkali-kali. Tapi, justru dari kegagalan itulah kami belajar banyak hal. Riset kami perkuat, tampilan kami percantik, serta content-nya pun terus kami tingkatkan,? terang Ginting. ?Ibarat sparring partner. Kalau ditolak,ini harus dipelajari. Kita jadi tahu kelemahan dan tahu apa yang harus diperbaiki setiap kali dikatakan belum memenuhi standar.?
Menurut Santoso, Mahoni seolah-olah sedang diajari langsung oleh Steve Jobs, agar jangan pernah tanggung-tanggung untuk memberikan yang terbaik pada orang lain. ?Kalau orang bilang, biar konsumen puas kita bikin under promise tapi over deliver, memberi lebih dari yang dijanjikan. Tapi kalau dengan Apple, kita diajarkan over promise sekaligus over deliver, jadi benar-benar harus menjaga kualitas.?
Dengan metode seperti itu, Mahoni terus berkembang. Hingga saat ini, Mahoni termasuk salah satu pengembang asli Indonesia yang aplikasinya paling banyak diterima dan dipajang di AppStore (sampai desember sudah mempunyai 40 aplikasi di Appstore) (note: saat ini sudah mencapai 50 aplikasi). ?Ini menunjukkan komitmen kami, bahwa Mahoni akan selalu berusaha meningkatkan kualitas. Sebab, dari Apple pun terus meningkatkan standar penilaiannya. Ibaratnya, kalau satu aplikasi diterima dengan nilai tujuh, maka aplikasi selanjutnya tak bisa lagi nilainya tujuh, harus minimal tujuh setengah atau delapan. Begitu seterusnya,? tegas Ginting.
Mahoni menjadi salah satu ?jembatan? mewujudkan obsesi itu.
Melalui komitmen itulah, Mahoni terus berupaya menggandeng pihak-pihak berkompeten untuk mengembangkan usahanya. Beberapa tokoh nasional telah dijadikan partner untuk dibuatkan aplikasi di AppStore. ?Termasuk, nantinya Andrie Wongso. Semua produk yang Pak Andrie punya bisa kita jual di AppStore hingga nanti jika dialihbahasakan, bisa juga dijual ke internasional,? sebut Ginting. ?Dengan pendekatan semacam itu, kita yakin, akan banyak muncul figur-figur dari Indonesia yang mampu mendunia.?
Ginting dan Santoso berharap, melalui Mahoni, Indonesia bukan lagi sekadar dikenal sebagai negara konsumen. Namun, bisa menghasilkan produksi aplikasi dan content berkelas dunia, sehingga nama Indonesia pun makin dikenal di mancanegara. Jika dulu banyak kendala yang dialami, seperti modal, prasarana, kebutuhan partner di luar negeri, jalur distribusi, dll, maka kini kendala seperti itu hampir semuanya hilang sejak ada teknologi internet. Sehingga, ini akan jadi kesempatan bagi Indonesia untuk mampu bersaing dengan negara lain. Sebuah upaya yang patut didukung oleh semua. Semoga
Diambil dari : Dari Majalah Luar Biasa, Januari 2013