Vol 04 (22 Januari 2017) - Hidup
Problem lemahnya literasi seolah menyeruak di tengah rapat pimpinan Sekretariat Bersama (SEKSAMA) Penerbit- penerbit Katolik Indonesia pada medio November 2016. Isu ini bertambah kala data berbicara. Berdasarkan studi "Most Littered Nation in the World" yang dilakukan Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat baca. Peringkat itu hanya satu klik di atas juru kunci yang diduduki Botswana, sebuah negara miskin di Afrika. Menurut Romo Hendrik, rendahnya minat baca menjadi tantangan terbesar para penerbit Katolik. Hal ini bukan saja menjadi persoalan Gereja Katolik, tapi juga problem besar bangsa Indonesia. Data UNESCO sebenarnya mengafirmasi penemuan data Badan Pusat Statistik tahun 2012, yang menyatakan 91,67 persen penduduk Indonesia berusia di atas 10 tahun lebih suka menonton televisi daripada membaca buku, koran atau majalah. Menurut survei Nielsen Consummer & Media View (CMV) 2016, media yang dikonsumsi masyarakat Indonesia adalah televisi 95 persen, internet 33 persen, radio 20 persen, surat kabar 12 persen, tabloid enam persen, dan majalah lima persen. Pada 2011, rata-rata orang Indonesia menghabiskan 4,5 jam setiap hari menonton televisi. Tahun 2015, Perpustakaan Nasional juga merilis hasil penelitian yang menunjukkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya mencapai 25,1 atau masuk kategori rendah. Fenomena ini merefleksikan realitas masyarakat karena budaya membaca bergeser ke budaya melihat.
Download majalahnya di sini Aplikasi MAJALAH INDONESIA tersedia untuk iOS,Android,dan Windows