| January 25, 2018, 01:00:39 PM
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) diluncurkan seiring dengan diterbitkannya Permendikbud No. 23 Th. 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. GLS dianggap sebagai salah satu cara menumbuhkan jiwa yang berbudi pekerti dalam diri anak-anak, sekaligus meningkatkan minat baca yang mulai luntur tergerus teknologi. "Saat ini, untuk baca koran saja susah. Gerakan Literasi, membangun kembali semangat membaca dan menulis, penting untuk digiatkan," petikan kalimat Jokowi saat sambutan Presiden RI, untuk membuka Kegiatan Rakorpimnas PGRI di Hotel Sahid Yogyakarta, Sabtu (22/7/17) (Sumber: agupena.or.id).
Berbagai kegiatan yang mendukung GLS pun telah digalakkan, salah satunya yaitu kewajiban membaca buku non-teks pelajaran selama 15 menit sebelum jam pembelajaran dimulai setiap hari di sekolah. Banyak terbentuk komunitas literasi, LSM, perpustakaan keliling, taman bacaan masyarakat dan sebagainya. Presiden Jokowi juga telah memberikan amanat untuk mengirimkan pasokan hingga puluhan ribu buku ke seluruh pelosok tanah air. Bahkan mulai 17 Juni 2017, Presiden mencanangkan hari berkirim buku gratis yaitu pada setiap tanggal 17 setiap bulannya. Namun, bagaimana dengan kendala waktu, biaya produksi dan keterbatasan buku?
Tapi sayangnya, ketersediaan dan akses buku secara merata sampai ke desa terpencil tetap saja menjadi kendala GLS. Presiden Jokowi pun telah memberikan amanat untuk mengirimkan pasokan hingga puluhan ribu buku ke seluruh pelosok tanah air. Bahkan mulai 17 Juni 2017, Presiden mencanangkan hari berkirim buku gratis yaitu pada setiap tanggal 17 setiap bulannya. Namun, bagaimana dengan kendala waktu, biaya produksi dan keterbatasan buku?
Buku fisik sifatnya terbatas. Mungkin tak semua anak bisa memiliki bacaan literasi secara pribadi. Anak-anak harus menunggu pasokan buku dari pemerintah, atau pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku yang stoknya tidak begitu banyak. Untuk menjawab problematika ini, terhitung sejak Juni 2017 Pendidikan.id menciptakan Komik Pendidikan. Sebuah bacaan literasi yang berbentuk komik dengan gambar-gambar menarik.
Nita Koestomo, koordinator tim komik Pendidikan.id, "Komik Pendidikan hadir untuk mendukung kegiatan GLS yang dicanangkan pemerintah." Menurutnya, Komik Pendidikan bisa menjadi lebih efisien karena memanfaatkan teknologi digital. "Setiap siswa bisa memiliki bacaan literasi untuk waktu senggangnya tanpa memakan waktu dan biaya. Cukup dengan laptop atau gadget, anak-anak bisa mengakses komik-komik pendidikan dengan gratis," ucapnya.
Mengakses Komik Pendidikan juga sangat mudah dan gratis. Nita menjelaskan, bisa dengan menginstal aplikasi BSD pada smartphone, atau membukanya lewat website pada desktop. Jika tidak ada internet pun tak masalah, karena semua komik bisa didownload gratis untuk disimpan, dibaca ulang atau disebarluaskan (copy-paste). Pendidikan.id juga menyediakan Si Kipin, kios pintar berbentuk ATM yang berisi Komik Pendidikan, Buku Sekolah Digital, Video Pendidikan hingga Try Out Online. Menurut Nita, Si Kipin cocok untuk digunakan
Bentuk komik yang menarik tapi edukatif, dan akses yang sangat mudah, membuat Nita optimis dapat membantu meningkatkan minat baca anak-anak Indonesia. Menurutnya, tidak ada lagi kendala buku yang terbatas, kini semua anak bahkan di pelosok bisa memiliki bacaan literasi sendiri. "Kapan pun mereka senggang, mereka bisa mengaksesnya lewat gadget. Saya kira anak-anak generasi millenial juga akan lebih senang menghabiskan waktu di depan layar," tutur Nita.
Hadirnya Komik Pendidikan ini juga bisa menjadi bukti bahwa teknologi tak selamanya melunturkan minat baca masyarakat. Justru dengan teknologi, manusia dapat memanfaatkannya untuk menarik minat baca anak-anak dengan cara yang lebih menyenangkan Komik dapat dibaca dan diunduh gratis di komik.pendidikan.id. Bisa juga diunduh di aplikasi Buku Sekolah Digital melalui smartphone Anda dengan membuka menu komik pendidikan.
« Last Edit: January 25, 2018, 01:13:29 PM by songyou »
Logged