Author Topic: Untung Besar Pebisnis Buku Sekolah  (Read 6647 times)

Offlinesatyana

Jr. Member

Untung Besar Pebisnis Buku Sekolah
| January 13, 2014, 06:26:15 PM
Untung Besar Pebisnis Buku Sekolah

TEMPO.CO, Jakarta - Bisnis buku pelajaran sekolah memang amat menggiurkan. Keuntungan besar yang didapat penerbit membuat pengadaan buku pelajaran di sekolah selalu ingin dikuasai pebisnis buku.

"Pengadaan buku sekolah ini memang sudah berpuluh-puluh tahun dikuasai pebisnis buku. Mereka sudah merasakan comfort zone yang luar biasa karena dapat keuntungan yang besar," kata Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) Depdiknas Ramon Mohandas pada Tempo, Senin, 22 Juli 2013, di ruang kerjanya, Gedung Puskurbuk, Jalan Gunung Sahari, Jakarta Pusat.

Ramon mencontohkan, ongkos cetak dan ongkos kirim yang dikeluarkan penerbit untuk buku dengan tebal 112 halaman adalah Rp 7 ribu. Di pasaran, buku yang sama, tebal yang sama, dan warna yang sama, dijual penerbit Rp 35 ribu. "Jadi sebenarnya, buat mereka, memberi komisi 30-50 persen ke guru itu enggak ada apa-apanya karena harganya bukunya dijual sangat mahal," ujar Ramon.

Bisnis buku makin renyah karena penerbit kerap kali memecah buku pelajaran per semester, bukan untuk satu tahun ajaran. Ramon menceritakan, satu buku pelajaran bisa mencapai harga Rp 70 ribu. Itu untuk satu semester. Walhasil, untuk satu tahun, sebuah buku dijual Rp 140 ribu. "Makanya wajar kalau ada yang bilang sekarang tidak bisa dikatakan pendidikan sudah  gratis. Soalnya harga bukunya luar biasa mahal."

Pemerintah sebenarnya tidak tinggal diam. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh sempat mencoba menembus keadaan ini dengan membuat program Buku Sekolah Elektronik (BSE).

Dalam program BSE, Puskurbuk Kemendikbud meminta penulis atau penerbit membuat buku pelajaran untuk pemerintah. Hak cipta buku-buku ini lalu dibeli Puskurbuk dan dimasukan ke website, sehingga bisa bebas di-download siapa saja, termasuk oleh penerbit. Kalau penerbit ingin mendistribusikan buku-buku itu secara komersial, mereka hanya boleh menjualnya dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang sudah ditentukan pemerintah.

Kenyataannya, kata Ramon, BSE gagal di lapangan. Program ini dianggap tidak seksi oleh para pelaku bisnis perbukuan di sekolah. Para penerbit yang bukunya sudah lolos seleksi Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) kebanyakan tidak mau menjual hak ciptanya kepada pemerintah.

"Karena harga jual buku di program ini dipatok paling mahal sesuai HET. Jadi, yang mau jual hak cipta paling-paling yang penulis individu. Sementara penerbit enggak mau menjual hak cipta buku mereka," kata Ramon prihatin.

Tidak lakunya penggunaan buku BSE juga disebabkan perilaku para guru di sekolah-sekolah. Guru sering kali lebih suka memilih buku yang ditawarkan oleh penerbit. Apalagi jika penerbit-penerbit datang ke sekolah dengan membawa iming-iming hadiah, bahkan diajak jalan-jalan ke luar negeri.

"Artinya, BSE itu pilihan kedua bagi sekolah. Pilihan pertama mereka adalah memakai buku dari penerbit yang membawa iming-iming," ujar Ramon.

http://www.tempo.co/read/news/2013/07/27/079500152/Untung-Besar-Pebisnis-Buku-Sekolah

Offlinemahoni

Global Moderator

Sr. Member

Re: Untung Besar Pebisnis Buku Sekolah
Reply #1 | January 30, 2014, 11:01:16 AM
Kita semua yakin yang beginian akan segera berlalu dengan semakin populernya Buku Sekolah Elektronik & Murahnya Tablet untuk membacanya !

Download 1300 Buku BSE (Termasuk Buku Kurikulum 2013) di http://bse.mahoni.com