Tiga Tahun Mendatang, Penjualan Buku Digital Mencapai 40 PersenJakarta - Penerbit Mizan Group memperkirakan penjualan buku digital pada masa yang akan datang akan lebih menjanjikan dibanding dengan penjualan buku cetak.
"Kalau digital kan biaya produksinya hilang, seperti beli kertas, cetak buku, atau biaya distribusi," kata Presiden Direktur Mizan Haidar Bagir dalam sebuah peluncuran buku di Jakarta, Kamis (11/9).
Artinya, lanjut dia, buku digital menyumbang laba lebih besar, tetapi omzetnya jauh lebih kecil dibanding buku cetak.
Haidar memperkirakan buku digital dengan pembelian online tidak akan lama lagi berkembang secara masif, sekitar dua atau tiga tahun lagi.
Namun, untuk saat ini Haidar mengatakan laba yang disumbang dari penjualan buku cetak lebih banyak dibanding buku digital, 30:10 persen.
"Masih belum 10 persen, tetapi bukan berarti kita gagal karena keadaan sekarang seperti ini, kita lihat dua atau tiga tahun lagi," katanya.
Haidar memperkirakan di masa yang akan datang penjualan buku digital mencapai 40 persen setiap tahunnya dengan laba hingga 20 persen.
Dia mengatakan meskipun masih belum marak saat ini, namun harus segera dimulai pembukaan akses terhadap pembelian buku digital, melalui Mizan Digital Initiatives.
"Meskipun buku cetak masih naik, tetapi kita tidak boleh menunggu sampai turun baru memulai, kita akan rugi, kedua akan kalah dengan pemain-pemain baru, jadi sebelum gejala turun kita sudah siap," katanya Haidar menjelaskan ada saat di mana titik penjualan buku cetak yang awalnya lebih menguntungkan berganti posisi dengan buku digital.
Dia mengatakan karena masih rintisan, kontribusi aplikasi tersebut terhadap laba, masih "diramal" dan kemungkinan melesetnya lebih besar.
"Kalau berhasil naiknya bisa berlipat-lipat kali," katanya.
Namun, Haidar mengakui bisnis di era digital masih bisa berubah, bisa jadi di masa yang akan datang pembelian buku digratiskan.
"Perubahan lingkungan pasar digital ini luar biasa, kita enggak bisa menentukan, bahkan kalau harus digratiskan kita harus ikuti untuk terus hidup," katanya.
Dia mengatakan jika hal itu terjadi, pendapatan utama diperoleh dari iklan.
Namun, Haidar memaparkan tantangan yang harus dihadapi pembelian buku online.
Pertama, kata dia, kesadaran masyarakat yang belum terbiasa dengan hak cipta.
"Pengguna internet kita ini biasa menggunakan konten gratisan atau bajakan, jadi mereka tidak biasa membeli buku digital yang asli," katanya.
Kedua, lanjut Haidar, masalah pembayaran, sebagian masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya percaya akan akun-akun pembayaran yang dikhawatirkan akan dibobol.
sumber :
http://www.beritasatu.com/iptek/209174-tiga-tahun-mendatang-penjualan-buku-digital-mencapai-40-persen.html